Tentang Jodoh dan Pekerjaan

Beberapa waktu yang lalu, aku mendapatkan pesan singkat atas ungkapan rindu seseorang terhadapku. Aku menyempatkan untuk menuliskan ini disela-sela kesibukan yang sedang bergelut dengan tugas yang juga disebut oleh mahasiswa sebagai beban pikiran dan momok menakutkan. Apalagi dimasa pandemi yang mengharuskan semua serba online yang membuat semangat belajar pun menurun. Efektifitas pembelajaran pun juga begitu. Kok malah curhat.

Oke lanjut,

Mungkin nggak sepenuhnya rindu yang ia sampaikan adalah antar personal, namun kerinduan yang ia maksudkan adalah rindu dengan aktivitas yang pernah kami alami bersama.

Hal ini tersirat jelas dari pesan singkat yang ia kirimkan perihal kehidupan mahasiswa. “Sumpah, abis sarjana entar lu bakal mikir. Enak ya dulu jadi mahasiswa,” cetusnya.

Tapi ada satu pesan yang membuat ku tertarik, yaitu “Kalau uda sarjana, bener-bener harus dituntut kerja dan jodoh,” ungkapnya. Apa bener? Hoax nggak nih?

Tapi aku sedikit nggak percaya karena dia menutupnya dengan gaya tertawa orang-orang yang nggak bisa dipercaya.. yaitu “wkwkwk.”

Emang lebih penting mana, nyari kerja atau jodoh dulu?

Menurutku, ini adalah pilihan yang sangat berat. Apalagi keduanya saling berkaitan. Punya kerja yang menjamin belum tentu bisa mendapatkan jodoh yang tepat. Punya jodoh yang siap dinikahi tapi nggak punya kerjaan juga akan menimbulkan pertanyaan. Mau dikasih makan apa itu istri!? Hahaha...

Tapi untuk sekarang nggak jugak sih, kalo udah kerja dan mapan pasti ada aja itu ciwi-ciwi yang bakal nempel. Bukan begitu?

Yahh.. ternyata benar, dilema.


raihan sinaga digital creator
Hello, It's me Raihan Sinaga!


No comments:

Post a Comment