Organisasi dan Ketololan

Pandangan orang tentang organisasi pasti berbeda-beda. Ada yang bakal senang jika membicarakan kehidupan organisasi. Ada pula yang nggak terlalu senang membicarakannya.

Kalo berbicara organisasi, sebenarnya organisasi itu sendiri cukup luas. Bisa ada dimana aja. Organisasi kampus, organisasi masyarakat, dan sebagainya. Karena aku sendiri aktifnya kebanyakan di organisasi internal kampus. Jadi pembahasannya akan aku kerucutkan sampai di organisasi tingkat kampus saja. Karena kurang etis juga berbicara tentang organisasi-organisasi diluar sana kalau aku aja kurang aktif mengikutinya. Walaupun masalah teknis yah nggak begitu jauh berbeda. Dan lagi, kita nggak bakal cerita tentang organisasinya. Melainkan tentang pelaku organisasinya.

Ada beberapa mindset orang yang aku temukan, bahwasanya kalo anak organisasi itu adalah anak yang diistimewakan. Taulah maksudnya istimewa yang gimana. Yah walaupun sebenarnya kalok kubilang nggak sepenuhnya gitu jugak. Itu hanyalah sandiwara yang terawat dan terjaga keasliannya buat orang-orang yang menggelutinya.

raihan sinaga youtuber blogger

Blog ini berjudul “Organisasi dan Ketololan”. Sebelumnya aku mau membuat  disclaimer, maksud dari kata tolol yang terlontar dari mulutku. Dimaksudkan kepada orang-orang yang memang tolol menurutku. Tapi nggak tau kalok menurut orang lain yah. Karena ini tulisanku, blogku, opiniku. Buat yang nggak suka ya.. boleh nggak dibaca. (anjayy sombong ahaha).

Giniloh.. seiring berjalannya zaman, pada hari ini banyak yang bergabung kedalam suatu organisasi itu setengah-setengah. Maksudnya ya cuman ikut-ikutan. Nggak tau yah, mungkin entah karena hanya mencari ketenaran, mencari kemudahan, mempertahankan pamor, mencari dan mencari. Apapun itu yang membuat kehidupan kampusnya bakal lebih simpel dan nggak ribet. Atau di organisasi cuman mau mencari keuntungan. Tapi memang nggak bisa dipungkiri ada keistimewaan yang berbeda bagi anak organisasi dengan anak yang nggak ikut organisasi. Dan ini yang membuat segilintir orang menggunakan label organisasi sebagai kamuflase.

Tapi dan tapi lagi.. itu semua nggak menjamin juga. Itu tergantung pribadi masing-masing. Kita nggak bisa membaca pikiran dan maksud seseorang. Maka dari itu kesimpulannya kita nggak bisa mengkotak-kotakkan seseorang. Karena ini bersifat fleksibel kalok ku bilang. Nggak ada yang sama, dia selalu berubah-ubah.

Nggak tau yah budaya ini emang udah dari lama ada atau enggak. So, be realistic.. aku hidupnya dizaman sekarang. Jadi kita komentarin apa yang aku lihat dan rasakan sekarang.

Balik ke pembahasan ketololan mahasiswa organisasi zaman sekarang. Memang, anak organisasi pasti banyak kesibukannya. Yang membuatnya bisa jadi jarang masuk kelas, jarang bikin tugas, nggak bereslah pokoknya. Tergantung juga pada pribadinya. Balik lagi aku ingatkan, ini dari pandanganku. Dan nggak sedikit bukti-bukti dilapangan yang masih berlaku sampai sekarang. Oke kita bakal lanjut, dan nggak bakal ada pengingat lagi. Mudah-mudahan pembaca mengerti setiap tulisan yang penuh makna ini hehehe…

Oke,

Mahasiswa organisasi sangat sibuk. Sampai-sampai ada yang nggak masuk kelas, jarang bikin tugas, kalok pun datang ke kelas pasti tidor, bisa izin keluar kalau ada kegiatan. Terus kalok ada yang bertanya, kamu kok jarang masuk kelas sih? Apasih ikut-ikut organisasi itu? Dalih andalannya pasti adalah “Ilmu nggak cuman ada dikelas, tapi diluar sana masih banyak ilmu yang bisa kita dapat. Yang nggak bisa kita dapatkan didalam kelas”. Terus ngapaen kuliah?

Ini nggak salah sih. Memang benar adanya. Yah itu dimaksudkan ilmu bersosial, yang mana anak organisasi banyak bertemu dengan orang. Banyak meng-handle kegiatan. Inilah yang menjadi kelebihan buat anak–anak organisasi itu sendiri. Tapi, negatifnya itu tadi.. nggak sedikit mahasiswa yang sampai melalaikan kuliahnya.

Mungkin kalian mau mendengar saran berikut ini. Aku pernah mendengar saran dari Ferry Irwandi yang mengatakan. “Jika kalian dibiayai orang tua buat kuliah. Yah kuliah betul-betul. Cepat tamat supaya bisa cari kerja, dan nggak jadi beban orang tua lagi.”

Solusinya giniloh.. kalo kita bisa mengontrol keduanya; Kita bisa mendapatkan keduanya; Kenapa enggak?

Kenapa mindset anak sekarang itu selalu memudahkan? Kalok bisa aktif organisasi, aktif didalam kelas, aktif dalam meraih prestasi. Kenapa enggak?

Multitasking gituloh..

Bisa kuliah sambil kerja, kuliah sambil berbisnis, kenapa enggak?

Tapi kalau lah memang kemampuan kalian cuman bisa kuliah. Ngga ada modal dan tenaga buat melakukannya. Ya sudah kuliah betul-betul. Itu tadi.. cepat tamat supaya nggak jadi beban orang tua lagi.
(*dalem ati, mudah memang berkata-kata yah)

Banyak sekali contoh kasus yang sering kutemukan perihal perilaku mahasiswa tersebut. Ini pun terjadi jugak nggak semata-mata karena mahasiswanya. Nggak sedikit juga dosen yang mendukung karena dia juga anak organisasi dulunya. Jadi saling mengertilah istilahnya. Malah-malah ada yang mendapat nilai tambah jika masuk kedalam organisasi. Sayangnya mungkin.. mungkin karena sudah terlanjur enak. Yah.. melunjak.

Jadi ini siapa yang salah? Nggak taulah. Entah dari pengukuhan anggotanya, ajaran tetuanya, kepintaran autodidaknya, dan sebagainya.

Intinya yah.. bagus-bagus ajalah. Seperti yang namanya cinta. Kalau kalian serius, yah diseriusin. Jangan digantungin. Jangan setengah-setengah. Sudah terlanjur basah, yah mandi sekalian. Tapi tetap ingat kapasitas kita bagaimana.

Mudah-mudahan kalian mendapatkan pesannya. Aku nggak memihak buat anak organisasi ataupun non organisasi. Hanya sebuah pandangan dari kasus-kasus yang terlihat dilapangan. Jadi anak organisasi maupun enggak. Mau jadi tolol ataupun enggak. Semua tergantung kepada diri kita. 

Pernah nggak dengar istilah “IPK tinggi itu nggak menjamin kesuksesan”. Coba kita lihat kebalikannya. Yah.. kalaupun IPK tinggi nggak bisa menjadi jaminan untuk mendapat kesuksesan. Dan bagaimana pula dengan IPK rendah?

Hmmm…

2 comments:

  1. Apakah kita harus hidup seperti larry biar kita sukses?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmm.. menarik. Mungkin.. coba tanyakan pada rumput yang bergoyang.

      Delete